Being low as dirt, taking what’s important from me
Hetalia © Himaruya Hidekaz
Bingung judulnya apa.
Edit (11 Feb): Akhirnya pake nama lagu yang aku ambil inspirasinya :)
---
"Apakah kamu mengharapkan kata 'maaf' dariku?"
Michelle masih terisak, namun perkataannya membuat ia menatap balik netra [biru laut / hijau zamrud] itu.
"Asal kamu tahu, aku sama sekali tak menyesal." Sebuah seringaian perlahan terbentuk. Rasa takut sontak menjalar. Michelle gemetar, refleks mengambil langkah mundur.
Biasanya ia menyukai senyuman miliknya, namun kini tidak. Itu terlihat menakutkan, sarat akan jutaan makna buruk yang seolah mengincar dirinya.
"Aku sudah tak peduli dengan apapun sekarang, termasuk perasaanmu. Aku hanya ingin kamu ada di sisiku, Shelly. Suka atau tidak suka, kamu harus menerimanya."
Michelle terpojok. Kini hanya ada jarak yang tipis diantara keduanya. Air mata kembali turun tanpa peringatan. Mulutnya terbuka, namun tak ada suara yang keluar dari sana. Gemetar semakin menjadi-menjadi.
Tangannya menyentuh pipi yang basah dengan lembut. Tak ada kehangatan, hanya sebuah afeksi sepihak yang sama sekali tak dapat dinikmati. Lutut Michelle terasa lemas. Ia seolah tengah berhadapan langsung dengan sang malaikat pencabut nyawa.
Ah, tidak. Ialah sang malaikat pencabut nyawa yang sesungguhnya. Seorang malaikat bersayap putih yang terlalu lama bermain-main dengan perasaannya, berpura-pura bodoh menghadapi takdir. Hingga ia mencapai ambang batas, dan kehilangan kendali. Sayapnya menghitam, menjadi fallen angel.
"Tidak boleh ada pengganggu. Tidak boleh ada pemberontakan. Jika kamu berani macam-macam, aku tak akan segan mempercepat ajal dengan tanganku sendiri." Sorot matanya meredup, namun nada keseriusan terdengar amat kentara.
Kini, nyawa bukanlah apa-apa baginya, terutama jika itu dimiliki oleh orang yang terus merusak hidupnya secara tak langsung. Bahkan orang yang sangat ia cintai sepenuh jiwa dan raga pun tak luput dari kekejamannya.
Ia hanya ingin bahagia, dan ia tak akan pernah mendapatkannya andaikata ia terus menahan diri. Sudah cukup ia bertahan dalam kesendirian, sudah cukup ia tersiksa dalam diam.
Sekarang, ia telah mendapatkan apa yang diinginkan. Dan jika Michelle merusak kebahagiaannya, ia tak akan berpikir ulang untuk menghabisinya. Untuk kemudian juga menghabisi dirinya sendiri.
---
Ya... dan aku bingung mau menggunakan Arthur atau Oliver. Jadi, terserah kalian saja bagaimana membayangkannya.
Komentar
Posting Komentar
Silakan kritik dan sarannya~