Kerja Sama

Hetalia © Himaruya Hidekaz

Bu Terra / Mother Earth (canon) © Me

Funfact : Terra dalam bahasa Italia artinya Bumi.

Dimensi Alternatif : Hetalia Gakuen

Dan ya..., kalau yang ini tugas sekolah.

---

Alfred dan Ivan. Ketika mendengar nama dua orang itu, tentu akan langsung dikaitkan dengan persaingan mereka di kelas. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Ivan selalu berusaha keras untuk melengserkan Alfred dari peringkat pertama, dan Alfred pun juga berusaha keras untuk mempertahankan posisinya. Nilai mereka hanya beda tipis, membuat kompetisi menjadi makin intens.

Mereka pun juga tak bisa akur dengan satu sama lain. Alfred seringkali memamerkan kehebatannya di hadapan Ivan. Sebenarnya itu bukan masalah, Ivan pun juga mampu untuk membalasnya. Hanya saja, Alfred juga sering merendahkan dan meremehkannya. Ivan tak bisa memberikan reaksi apapun selain balas memberikan beberapa sarkasme dan tersenyum penuh makna, berharap bisa membungkam mulut banyak omong itu, kalau bisa sih untuk selamanya.

Namun, wali kelas mereka, Bu Terra, rupanya memiliki rencana lain. Sebentar lagi akan diadakan berbagai macam lomba untuk memperingati hari ulang tahun sekolah. Bu Terra memutuskan untuk mengikutsertakan peraih peringkat tiga besar, yaitu Alfred, Ivan, dan Dirga, dalam lomba cerdas cermat.

Tentu saja hal ini mengundang protes dari Alfred dan Ivan, namun Bu Terra tak menerima penolakan. Dirga hanya bisa menghela nafas, membayangkan akan betapa sulitnya mereka bekerja sama dalam lomba ini.

Dan memang benar, kekhawatiran Dirga terbukti. Selama latihan, Alfred dan Ivan pasti akan selalu berlomba-lomba menjawab soal dari Bu Terra, seolah ini adalah kompetisi di antara keduanya. Dirga sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk mengutarakan pemikirannya. Bu Terra sampai menggelengkan kepala berkali-kali melihat kelakuan mereka.

"Baiklah, ini akan jadi soal terakhir untuk latihan kita hari ini," ujar Bu Terra. Sengaja ia siapkan soal yang cukup menantang bagi mereka. Ia ingin melihat, bagaimana tindakan mereka bertiga dalam menghadapi situasi sulit yang tak diduga. 

Alfred memajukan badan, tak sabar menerima soal terakhir dari Bu Terra. Sedangkan Ivan tetap terlihat tenang, walau sebenarnya ia juga penasaran. Dirga hanya menyandarkan bahu ke kursi, tidak yakin akan mendapat kesempatan untuk berpartisipasi di tengah persaingan mereka.

"Berdasarkan data nilai matematika siswa di suatu sekolah, diketahui nilai Jett lebih tinggi dari nilai Emma." Bu Terra mulai membacakan soal. Ketiga anak itu memasang telinga baik-baik.

"Nilai Matthias tidak lebih tinggi dari nilai Francis, tetapi lebih tinggi daripada nilai Edward. Nilai Emma sedikit lebih tinggi dari nilai Juan. Jika nilai Juan lebih tinggi dari nilai Francis, maka bagaimana hubungan antara nilai Matthias dan Emma? Lebih rendah, lebih tinggi, atau sama?"

Itu soal yang cukup menantang. Alfred, Ivan, maupun Dirga sama-sama bungkam. Mereka harus memutar otak untuk menjawab soal ini.

Beberapa detik telah berlalu. Baik Alfred dan Ivan masih belum membuka suara. Mereka berusaha untuk memecahkan soal tersebut di dalam kepala, namun sepertinya itu cukup sulit untuk dilakukan.

Menurut Dirga, tak akan ada kemajuan berarti jika mereka terus seperti ini. Maka, ia meraih pulpen dan kertas yang menganggur di atas meja, lantas mulai menuliskan data-data yang ia ingat dari soal. Alfred dan Ivan memperhatikan, sesekali menambahkan hal yang sekiranya kurang.

"Jadi, nilai Jett lebih tinggi dari nilai Emma." Selepas menulis, Dirga bergumam, berusaha menganalisis soal tersebut.

"Dan nilai Emma lebih tinggi dari Juan." Ivan ikut menilik data yang ada.

"Lalu nilai Juan lebih tinggi dari Francis." 

"Juga nilai Matthias lebih rendah dari Francis."

"Tapi nilai Matthias lebih tinggi dari Edward."

Alfred yang sejak tadi diam mendengarkan langsung menyuruh Ivan dan Dirga untuk menyingkir. Bergegas ia menuliskan urutan data soal dari yang tertinggi hingga terendah, berdasarkan hasil pemikirannya.

Jett - Emma - Juan - Francis - Matthias - Edward

Dirga dan Ivan saling bertukar pandang. Kini sudah jelas.

"Jawabannya sama, Bu!"

Pernyataan penuh percaya diri dari Alfred sontak membuat mereka berdua, termasuk Bu Terra, menatapnya terkejut, seolah tak percaya dengan apa yang ia katakan.

Menyadari tatapan yang dilayangkan padanya, Alfred cengengesan. "Hehe, bercanda. Jawabannya lebih rendah, Bu."

Sontak Dirga dan Ivan menghembuskan napas lega. Astaga, ada-ada saja kelakuan Alfred.

Bu Terra tertawa. "Tepat sekali! Lihat, kan? Kalian tak bisa selalu bekerja sendiri. Di masa-masa tertentu, kerja sama lah yang akan membantu kalian dalam mencapai keberhasilan."

Alfred dan Ivan melirik satu sama lain. Bu Terra benar. Jika mengerjakannya sendirian, mungkin butuh waktu lama untuk menyelesaikan soal tersebut. Pilihan untuk bekerja sama memang lebih tepat.

Berbekal pandangan baru tentang satu sama lain, latihan untuk mempersiapkan lomba cerdas cermat berjalan semakin lebih lancar kedepannya. Dan ketika tiba waktu lomba, mereka berusaha semaksimal mungkin. Kelas lain mengirimkan perwakilan yang kuat. Namun pada akhirnya, Alfred, Ivan, dan Dirga berhasil meraih juara pertama. Dengan bangga mereka berdiri di atas podium, tersenyum ke arah Bu Terra yang sibuk memotret momen tersebut.

Kini, Alfred dan Ivan sadar bahwa mereka tak selamanya bisa bekerja sendiri. Ada saat dimana mereka harus gencatan senjata, menurunkan ego, dan menyelesaikan masalah bersama. Dengan begitu, tujuan yang diharapkan pun akan lebih mudah tercapai.

Dan ini juga menjadi pelajaran bahwa mereka tak bisa meremehkan orang lain dengan kemampuan di bawah mereka. Tanpa adanya Dirga dan inisiatif tak terduganya, mereka tak akan mungkin dapat meraih juara pertama dalam lomba cerdas cermat kali ini.

Komentar

Postingan Populer