'Tsu' in 'Tsukasa' Means 'Tsundere'

Project Sekai (c) SEGA, Craft Egg, Colorful Palette, dan Crypton Future Media

---

“Tsukasa! Kamu tega!”

Tiba-tiba saja Emu mengguncang bahu Tsukasa kuat-kuat, mengindahkan Kaito yang memegangi tangannya dari belakang, mencoba mencegah.

“Eh! Eh! Apa sih?” protes Tsukasa, bingung dan kesal bercampur jadi satu.

Emu masih berseru heboh. “Aku sama Nene sudah dapat bajunya, lho! Kok kamu belum? Padahal kamu yang jadi highlight utama poster kali ini!”

“Hei, sudah, sudah.” Akhirnya Kaito berhasil membuat Emu menghentikan guncangan brutalnya. Tsukasa yang malang. 

“Bukannya aku tidak mau, dasar.” Tsukasa menepuk-nepuk bahu yang tadi menjadi korban guncangan Emu. 

“Butuh waktu untuk menyelesaikan kostumnya. Lagipula, sebagai leader yang baik, aku harus memprioritaskan anggota yang lain, dong.”

“Yakin memprioritaskan?” celetuk Rui tiba-tiba. Senyum miring yang terpampang pertanda bahwa ia ada niat menjahili Tsukasa, seperti biasa.

“Bukan karena kamu cemburu, hm?”

“A– Apa-apaan! Cemburu apa pula yang kau maksud?” Tsukasa merengut, tapi Nene menyadari pipinya yang memerah sedikit.

“Walau tidak satu set, Rui mendapat kostumnya lebih dulu. Bukan kah ‘iri’ lebih tepat untuk mendeskripsikannya?” gumam Nene, entah hanya bicara pada diri sendiri atau tidak. 

Walau begitu, Rui mendengar komentarnya.

“Ah, itu sebenarnya juga bagian dari perasaan cemburu, Nene, kawanku.” Rui mengedipkan mata penuh arti.

“Kamu ingat bagaimana reaksi dia setelah menerima kostumku?”

Nene terkesiap, menyadari sesuatu. “Oh, jadi ini tentang dia….”

Percakapan mereka berdua sukses membuat Tsukasa merah padam. Dirinya terlihat ingin berkomentar, namun terlanjur salah tingkah.

“Apa? Apa? Kalian membicarakan siapa?” Emu berusaha mengikuti arah pembicaraan.

“Gadis yang waktu itu datang ke sini bersama Miku,” gumam Kaito. Sepertinya ia mulai memahami situasinya.

Sedangkan Tsukasa makin salah tingkah.

“Eh? Maksudnya Mela–” Belum sempat Emu menyelesaikan kalimatnya, Tsukasa buru-buru bangkit dari duduk.

“Cukup! Aku keluar dari sini!” serunya, berlari menjauh dengan wajah bak kepiting rebus, meninggalkan teman-temannya yang cukup terkejut melihat reaksi itu.

“Nah, Emu, sekarang kamu tahu kenapa kita tak menyebut namanya di hadapan Tsukasa.” Rui terkekeh, menggelengkan kepala maklum, entah pada Emu atau Tsukasa.

“Dia langsung lari….” Nene menghela napas, terkadang ia merasa salah tingkahnya Tsukasa agak berlebihan.

“Yah, kita biarkan Tsukasa menenangkan diri terlebih dulu.” Kaito menoleh pada Emu, berharap dia tidak tiba-tiba mengejar kawannya itu.

“Eh, baiklah….” Emu hanya mengangguk, mengurungkan niat yang sempat terpikirkan.

***

‘I love them all….’

Tsukasa masih di dalam sekai, melihat-lihat profil yang dipasang oleh sang partner dari penyanyi virtual legendaris, Hatsune Miku. 

Ia menyadari bahwa ada yang berubah, label bergambar Kaito dan Rui sudah tak ada, dan label bertuliskan ‘I love them all’ terpampang di tempat utama.

Sebuah senyum sumringah tak dapat lagi ditahan oleh Tsukasa. Setidaknya ia masih punya kesempatan.

Yah, itu pun kalau hati sang gadis belum berlabuh pada orang lain.

---

Sayang akunnya sudah hilang //menangis

Komentar

Postingan Populer