Janji
Hetalia © Himaruya Hidekaz
OMORI © OMOCAT
----
Kini, tak ada siapapun di dalam ruangan tempat Tino dirawat. Hanya ada dirinya yang masih terbaring di ranjang. Dan Emil yang datang untuk melihat keadaannya.
"Hei, Tino. Bangun. Ini aku." Emil mengguncang lengan sahabatnya itu perlahan, tak ingin Tino merasa terganggu karena tindakannya.
Perlahan, netra ungu itu terbuka. Beberapa kali mengerjap, dan kini sosok Emil bisa terlihat oleh Tino.
"Emil? K - kenapa kamu ada di sini?" Tentu saja itu hal pertama yang akan ditanyakan olehnya.
Bisa dibilang, keadaan fisik mereka sekarang hampir sama—terluka di beberapa bagian. Dan khusus untuk Emil, mata kanannya tertutup oleh perban karena satu dan lain hal. Yang pasti, Tino tidak ingin membahasnya.
"Aku ingin melihatmu." Memang itulah salah satu alasan Emil datang. Namun, ada lagi.
"K - kamu tak seharusnya ada di sini." Tino menatapnya dengan ekspresi khawatir—sekaligus ketakutan, salah satu perasaan yang terus-menerus menghantuinya sejak kejadian itu.
"Setelah apa yang kulakukan padamu, s - seharusnya kamu marah. S - seharusnya kamu membenciku, d - dan—"
"Tenanglah, Tino." Emil kembali menyentuh lengan pemuda itu.
"Kamu tidak perlu terlalu keras pada dirimu sendiri. Walaupun kamu berkata begitu, kamu takut akan kehilanganku setelah ini, kan?"
Tino terdiam. Jelas sekali kalau Emil berhasil menebak jalan pikirannya. "M - maaf."
"Tidak perlu minta maaf."
Percakapan terhenti. Keadaan kembali hening, persis ketika Emil selesai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Matthias kepada teman-temannya—yang sejak tadi sudah lebih dulu meninggalkan ruangan ini.
"Hei, Tino. Kamu selalu takut mereka akan mengetahui kebenarannya, kan?"
Tak ada jawaban. Namun, Emil yakin kalau Tino mengiyakan perkataannya dalam hati. Ia pun lanjut berujar.
"Aku... sudah memberitahu mereka. Sekarang sudah tak apa." Wajah Emil yang biasanya datar tanpa ekspresi, kini menyunggingkan senyum tulus untuk sahabatnya.
"B - benarkah?"
Hanya anggukan kepala Emil yang mengonfirmasi pertanyaan Tino.
Seutas senyum sumringah—sekaligus terharu—terbentuk di wajah Tino. Bahkan, ia nyaris menangis saat ini. "I - itu sungguh melegakan. Terima kasih, Emil."
Bayangan hitam Tino perlahan menghilang, menyisakan dirinya dan perasaan lega yang membuncah di dada.
Melihat Tino yang bahagia juga membuat Emil merasa senang. Ia nyaris melupakan kehadiran sang bayangan hitam yang tak pernah absen dari kehidupannya—sejak kejadian itu.
Ah, sepertinya mereka berdua lupa kalau mengumbar kebenaran bukanlah akhir dari penyelesaian masalah mereka. Memang pikiran mereka telah terbebas dari rahasia yang mengekang selama bertahun-tahun.
Namun, apakah teman-teman mereka akan menerima dan memaafkan?
Bila mereka telah mengetahui fakta bahwa Emil yang—tidak sengaja—membunuh Matthias?
Dan Tino yang berusaha menutupi kebenaran itu dengan menggantung jasadnya di bawah pohon—seolah-olah Matthias membunuh dirinya sendiri?
Bahkan, melihat reaksi Lukas yang sangat agresif ketika mengetahui kebenarannya, membuat Emil ragu apakah yang lain akan memaafkan dirinya dan Tino atau tidak.
Untuk sekarang, biarlah mereka menikmati satu langkah maju untuk memperbaiki pertemanan di antara mereka.
Satu langkah diantara ribuan jalan panjang yang masih harus mereka lalui.
"Semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang." Emil menatap Tino dengan senyum yang masih merekah.
"Aku janji."
Betulkah kamu bisa memegang janjimu, Emil?
Tino yang dulu mengucapkannya pun tak bisa melakukannya.
HAIIIII SEBELUMNYA MAKACI BANYAK UDAH NGETAG AKU DI TWITTER MWAH MWAH MWAH 💗💗💗💗 anw jika lupa ak adalah kana yang jasmine tag di twitter :") ak lebih milih komentar disini soalnya bisa komentar banyak dan gak ada batas word-nya mwehehehehe. Anw aku belom main game Omori TAPI FIC NYA BAGUS SANGATTTT GOOD JOB JASMINEEEE 🤩🤩🤩🤩 narasinya nyentuh feel banget, bahkan ada beberapa part yang bikin kaget shdhshdhshhdhsh. Meskipun pendek, tapi ini cukup mengena dan nusuk gitu di hatiku auw auw auw /lebay
BalasHapusuntuk sekarang ak gak kasih saran dulu, ak pengen menggalau dan menangisi emil serta tino disini dulu yak shshshdjs. Intinya, great job and keep writing!!! 💗💗💗💗
-Kana